BAB 4


Tanggal 19 – 03 – 2005 


BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI : 


Manusia di Dunia masih bilang tidak ada Malaikat dan Setan, 

melakukan hal yang bertentangan dengan hati nurani, 

menjalankan hal-hal yang buruk, 

tidak ada rasa malu, 

malahan senang atas perbuatan-nya, 

menganggap diri lebih pintar dari Orang lain, 

tidak tahu Malaikat maut sudah tiba, 

jika tidak segera koreksi diri, 

menyesal sudah terlambat ! 


* * 



Juga ada Pengurus Vihara yang menipu Umat, 

hanya bisa menipu uang, 

tidak paham maksud baik Buddha 

dalam menyelamatkan Umat Manusia, 

menipu harta dan sex, 

ini merupakan kejahatan besar, 

Saya memperingati Manusia di Dunia 

jangan mengatakan Hukum Sebab Akibat 

tidak ada balasan-nya, 

hanya waktu-nya saja yang belum sampai, 

kalau waktu sudah sampai 

dengan sendiri-nya balasan akan tiba, 

tidak terhindarkan. 






Buddha Ci Kung : 

Murid bodoh, mari pergi keliling 

( saat itu Buddha Ci Kung memukulkan tangan-Nya 

ke ubun-ubun Thung Sheng, 

Roh Thung Sheng dikeluarkan seketika ) 





Thung Sheng : 

Guru Yang Agung, 

terima-lah salam hormat dari Murid. 





Buddha Ci Kung : 

Jangan sungkan, kita sudah mau berangkat. 



( saat itu Naga emas muncul di Angkasa, 

bagian luar Vihara Chiien Cen bersinar terang, 

sangat menyilaukan mata, 

bercahaya keemasan, 

Guru dan Murid naik ke atas Naga emas, 

menuju ke tempat tujuan hari ini ) 






Thung Sheng : 

Beberapa hari yang lalu, 

ada wisata kelulusan dari Sekolah Dasar, 

pada saat pulang, 

terjadi kecelakaan kendaraan, 

mengakibatkan kematian, 

mohon Petunjuk apa sebab akibat-nya ? 






Buddha Ci Kung : 

Pertanyaan yang baik ! 

Murid boleh bertanya segala kejadian yang ada di Masyarakat, 

bisa memicu hati Manusia di Dunia menuju Tao, 

jadi lebih baik. 


* * 


Secara singkat Saya jelaskan, 

tertuduh dan korban pada Kehidupan lampau 

sama-sama sebagai anggota dari kelompok penipu, 

demi uang, kemana-mana menipu Orang, 

sehingga banyak Orang yang tertipu 

dan jatuh bangkrut, Keluarga hancur, 

kejahatan yang besar. 


* *


Korban meninggal adalah pemiliki grup penipuan, 

yang terluka adalah anggota penipu. 

Saya menyinggung-nya 

karena belakangan banyak kelompok penipuan bermunculan, 

menipu Orang tak terhitung jumlah-nya, 

mencelakai Orang demi uang sangat banyak jumlah-nya, 

mengakibatkan kemarahan Tuhan, 

Tuhan mengutus Malaikat wabah penyakit 

untuk menghukum mereka, 

untuk menghentikan kebiasaan buruk ini, 

jika ada yang melakukan penipuan, 

segera-lah sadar dan perbaiki diri dan lakukan Kebaikan, 

kalau tidak, 

jika hukuman balasan karma sudah tiba, 

maka menyesal pun sudah terlambat. 






Thung Sheng : 

Terimakasih pada Guru memberi Petunjuk 

dan bersusah payah menjelaskan, 

semoga Manusia di Dunia memahami jerih payah Buddha, 

dan cepat berbuat baik ! 

Lagipula Murid melihat para pengguna narkoba di Dunia, 

bahaya yang ditimbulkan oleh narkoba sangat-lah besar, 

bisa-kah mohon Petunjuk Guru 

sebab akibat pengguna narkoba, 

agar bisa sadarkan Umat Manusia ? 






Buddha Ci Kung : 

Panjang cerita-nya. 

Pada masa akhir Dinasti Ching, 

kekuasaan-nya sudah melemah, 

Manusia demi sesuatu benda, 

demi pisau atau daging saling menghancurkan, 

Orang Inggris menjual opium sebagai siasat memecah belah, 

karena itu Penduduk saat itu banyak yang lemah, 

penyakitan dan mati muda, 

kekuatan Negara makin lama makin lemah. 


* * 



Kalau bukan karena Lin Ce Xii 

yang melakukan propaganda “stop candu”, 

mungkin Dinasti Ching sudah hancur lebih awal. 

Para Saudagar candu yang demi keuntungan 

setelah meninggal dunia, 

selain mendapatkan hukuman berat di Neraka, 

masih perlu terlahir lagi 

jadi Manusia Orang yang dicelakai narkoba, 

sebagai balasan hukuman-nya, 

sehingga kebanyakan pengguna narkoba 

pada masa sekarang 

adalah balasan Hukum Karma Sebab Akibat. 






Thung Sheng : 

Mendengar penjelasan Guru, 

melebihi membaca Buku 10 tahun. 

Sekarang ini penyakit kerisauan sangat banyak, 

bagaimana cara menyembuhkan-nya ? 

Apa sebab akibat dari para penderita ? 






Buddha Ci Kung : 

Pertanyaan baik ! 

Saat Manusia melakukan perbuatan dosa, 

adakah memikirkan perasaan korban yang kacau karena risau ? 

Hanya karena uang dan keuntungan, 

berbuat tanpa hati nurani, 

baik itu menipu uang Orang, 

menyandera bahkan membunuh, 

membuat Anggota Keluarga sedih, 

ini adalah karma yang diperbuat pada Kehidupan lampau, 

bagaimana bisa tidak dibenci Orang ? 

Pada Kehidupan ini kamu membuat Orang risau, 

kacau perasaan-nya, 

pada Kehidupan yang akan datang 

akan didera penyakit kerisauan, 

menunjukkan keadilan Hukum Karma Sebab Akibat. 






Thung Sheng : 

Ternyata begitu, 

kalau tidak mendengar penjelasan Guru, 

sungguh tidak terpikirkan, 

waktu masa kecil dulu, 

tidak pernah dengar penyakit stress, 

tapi sekarang banyak sekali penderita-nya, 

ternyata begitu, 

lantas bagaimana Manusia di Dunia mengatasi-nya ? 






Buddha Ci Kung : 

Harus bertobat dengan sungguh-sungguh, 

menyesali perbuatan dosa Kehidupan lampau, 

banyak lakukan perbuatan baik 

dengan lepaskan Makhluk Hidup, 

dengan demikian baru bisa mengurangi beban derita. 




( pada saat Guru dan Murid lagi bicara, 

Naga emas sudah berhenti 

di samping sebuah Kelenteng Pekkong, 

terlihat Thu Ti Kung bersujud di atas tanah, 

menyambut kedatangan Buddha Ci Kung ) 






Thu Ti Kung : 

Saya sangat beruntung bisa dikunjungi Buddha Ci Kung, 

dengan perasaan was-was dan takut 

kalau ada tindakan yang tidak sopan, 

mohon Buddha memaafkan. 





Thung Sheng : 

Murid memberi salam pada Thu Ti Kung. 

Thu Ti Kung kelihatan-nya berwajah welas asih, 

sungguh membuat Orang salut. 





Thu Ti Kung : 

Pujian berlebihan ! 

Silahkan Buddha Ci Kung dan Thung Sheng masuk ke Kelenteng 

untuk minum teh. 






Buddha Ci Kung : 

Baik-lah, 

Thu Ti Kung menjalankan sopan santun, 

mana ada tidak sopan-nya ? 

silahkan berdiri. 





( Thu Ti Kung menuntun Buddha Ci Kung dan Murid-Nya 

masuk ke dalam Kelenteng, 

disuguhkan teh Dewata, 

dipersilahkan duduk di kursi Tamu agung ) 






Thung Sheng : 

Apakah Guru hari ini membawa saya mengunjungi Thu Ti Kung, 

saya ingin menanyakan 

sebab Thu Ti Kung bisa mencapai kedudukan 

sebagai Dewa Tanah. 






Buddha Ci Kung : 

Baik-lah, 

silahkan Thu Ti Kung menjelaskan-nya, 

untuk sadarkan Manusia di Dunia. 






Thu Ti Kung : 

Menyesal sekali, menyesal sekali ! 

Kebajikan Saya biasa-biasa saja, 

bisa dipilih oleh Buddha Ci Kung 

untuk dimasukkan ke dalam Buku, 

sungguh tidak berani. 


* * 



Saya adalah penjual biasa, 

menjual es lilin di samping Kelenteng, 

seumur hidup berusaha menjalankan Kebenaran, 

es lilin yang dijual, 

air-nya direbus duluan, 

setelah dingin baru dibuat es lilin, 

tidak akan dibuat dari air mentah, 

agar tidak membuat Orang sakit perut. 


* * 



Dalam satu Kehidupan hanya ada satu pikiran baik itu saja, 

siapa tahu setelah meninggal, 

Roh Saya masuk ke Neraka, 

Hakim Neraka berdiri menyambut Saya 

dan persilahkan Saya duduk. 

Saya malu dan tidak berani, 

mohon Petunjuk Hakim Neraka, 

Kebaikan apa yang telah Saya lakukan ? 

Mendapat sambutan dari Hakim Neraka, 

Saya sendiri tidak tahu sebab-nya. 


* * 



Hakim Neraka memuji Saya, 

kalau Saya tidak mematikan hati nurani Saya, 

tidak semata-mata memikirkan keuntungan 

tapi masih gunakan hati nurani dalam jalankan pekerjaan, 

meskipun keuntungan-nya tidak banyak, 

Keluarga miskin, 

tapi masih bisa jalankan Kebajikan hati, 

sangat mulia. 


* * 


Memupuk satu Kebajikan dalam satu Kehidupan, 

sudah mendapat kedudukan Dewa Tanah, 

sehingga menggugah Hakim Neraka untuk menyambut Saya. 

Kemudian Hakim Neraka mengirim Saya 

ke tempat pelatihan Para Dewa, 

10 tahun yang lampau mendapat Perintah 

untuk kembali ke kampung halaman Saya 

menjadi Malaikat Fu Te Ceng Shen, 

untuk melindungi kampung itu. 






Thung Sheng : 

Sungguh menggugah, 

Thu Ti Kung bisa tidak mendahulukan keuntungan, 

tapi bisa menguntungkan Umat Manusia, 

memupuk hati Kebajikan, 

terima-lah sujud dari Murid. 






Thu Ti Kung : 

Tidak berani, 

Amal kamu lebih besar dari Saya, 

Saya tak sanggup menerima-nya, 

berdiri-lah. 






Buddha Ci Kung : 

Ha… ha… 

Manusia di Dunia setelah membaca sebab akibat Thu Ti Kung, 

pasti akan sadar dan tergugah, 

semoga Manusia di Dunia meneladani semangat Thu Ti Kung 

yang menjalankan suara hati nurani, 

jangan karena demi [uang] 

lantas mematikan hati nurani bertindak sembrono, 

bukan-kah akan merusak Kebajikan 

dan mendapat hukuman. 

Sekarang kita berhenti buat Buku sampai di sini, 

kembali ke Vihara ! 




( Buddha Ci Kung dan Murid-Nya 

melambaikan tangan berpisah dengan Thu Ti Kung, 

naik ke atas Naga emas, 

kembali ke Vihara Chiien Cen ) 






Buddha Ci Kung : 

Sudah sampai di Vihara Chiien Cen, 

Roh Thung Sheng kembali ke badan. 

Baik-lah, Saya pulang.