BAB 1


Tanggal 26 – 01 – 2005 


BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI : 


Pada saat Manusia di Dunia lagi sehat dan kuat, 

dibimbing oleh Orang Baik untuk memupuk Kebaikan, 

bukan saja tidak dihiraukan, 

tidak percaya, tidak tanyakan, 

bahkan menertawakan-nya sebagai Orang bodoh. 

Tidak percaya akan Hukum Karma (Sebab Akibat),

tidak hormat akan 3 Mustika, 

tidak menjalankan Kebaikan, 

ucapan-nya kotor, 

menjelekkan Buddha dan Malaikat, 

ini merupakan dosa besar. 


* * 



Mengharapkan Manusia di Dunia 

yang ada lakukan pelanggaran ini, 

cepat-cepat-lah sadar dan bertobat, 

kalau tidak – 

begitu balasan hukuman-nya sudah datang 

maka menyesal pun sudah terlambat ! 





Buddha Ci Kung : 

Murid bodoh, 

apakah melewati Tahun Baru dengan gembira ? 





Thung Sheng : 

Di sini Murid memberi Salam Sejahtera pada Guru 

dan juga mengucapkan Selamat Tahun Baru, 

sudah lama tidak bertemu Guru. 

Murid sangat kangen, 

sebenarnya Tahun ini saya lalui dengan tidak bahagia ! 





Buddha Ci Kung : 

Apa yang kamu risaukan ? 




Thung Sheng : 

Tahun lalu Ibu saya meninggal, 

kemudian di Asia Selatan ada tsunami dahsyat, 

korban meninggal ada 250.000 Orang lebih, 

hati Murid terasa sedih. 

Kakak Ipar Istri saya juga meninggal dalam usia 46 tahun, 

membuat saya merasakan hidup ini 

demikian tidak kekal ! 





Buddha Ci Kung : 

Murid mempunyai hati iba dan kasihan pada Manusia, 

sungguh tidak mudah, 

ini merupakan perwujudan dari pembinaan. 

Meskipun Ibu-mu sudah meninggal, 

tapi sudah dijemput oleh Guru, 

sekarang sudah capai kedudukan [Hui Te Yuan Ciun], 

mestinya hati kamu tentram, 

apalagi belakangan ini Ibu-mu sering kunjungi kamu, 

apakah kamu merasakan-nya ? 





Thung Sheng : 

Ada ! 

Sering melihat Roh Ibu hadir di Vihara, 

bagaikan semasa hidup, 

hati jadi tentram. 





Buddha Ci Kung : 

Sebelum tsunami di Asia Selatan, 

saat Roh Wang Sheng diajak keliling, 

sudah dikasih tahu, 

sayang-nya Manusia di Dunia belum sadar dan paham, 

sayang sekali. 

Asia Selatan ada bencana demikian 

menunjukkan karma yang sangat berat, 

ditambah lagi karma berat yang dilakukan Umat Manusia 

berupa perzinahan, pembunuhan, perampokan, 

meremehkan 3 Mustika, 

tidak hormat pada Langit dan Bumi, Malaikat dan Hantu, 

baru-lah ada bencana demikian, 

Manusia tidak bisa menyelamatkan-nya. 

Lagipula Kakak Ipar Istri kamu 

mempunyai karma berat dalam membunuh Makhluk Hidup, 

usia baru memasuki usia dewasa matang tapi berumur pendek, 

sayang sekali ! 

Roh dia sekarang berada di Alam gelap, 

kamu boleh ber-ikrar menyelamatkan dia. 






Thung Sheng :  

Terimakasih atas Petunjuk Guru. 

Murid memohon Guru melindungi Ibunda Saudara-Saudari He 

agar sehat walafiat. 





Buddha Ci Kung : 

Guru sudah membahas-nya dengan Buddha Penanggung Jawab 

untuk melindungi dia, 

kamu tenang saja. 





Thung Sheng : 

Terimakasih pada Guru. 

Juga memberanikan diri untuk bertanya pada Guru, 

hari ini merupakan permulaan 

membuat Buku [Keliling Kasus Sebab Akibat], 

kita akan ke mana me-wawancarai kasus sebab akibat ? 





Buddha Ci Kung : 

Yang dekat saja, di Sin Cu, 

mari berangkat ikut Guru. 





Thung Sheng : 

Kita ber-dua Guru dan Murid harus bagaimana pergi-nya ? 




Buddha Ci Kung : 

Lihat saja, nanti juga tahu. 




( pada saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci, 

tiba-tiba muncul-lah seekor Naga emas, 

berkilau cemerlang. 

Di Angkasa di atas Vihara Chiien Cen 

ada gumpalan awan yang indah, 

Buddha Ci Kung membawa Thung Sheng menaiki Naga emas, 

menuju ke tempat tujuan hari ini) 






Thung Sheng : 

Wah ! 

naik Naga untuk ke-dua kali-nya, 

hati terasa berseri-seri dan aneh, 

memberanikan diri untuk bertanya pada Guru, 

bagaimana asal datang-nya Naga ini ? 

Apakah boleh dikasih tahu ? 





Buddha Ci Kung : 

Ha… ha… ! 

Thung Sheng sangat beruntung, 

Naga emas ini merpuakan Naga Pelindung 

yang ada di samping Buddha, 

sudah membina sampai Tingkat Bodhisattva Ke-10, 

hanya Para Buddha yang bisa mengendarai-nya. 

Hari ini karena mempermudah kamu membuat Buku, 

baru ada rejeki ini, 

sulit didapat lho… ! 






Thung Sheng : 

Terimakasih atas Kewelasasihan Buddha, 

memberikan Naga Pelindung 

untuk jadi kendaraan dalam membuat Buku ini, 

cuma Murid merasa tidak ada Amal Kebajikan, 

tapi mendapat perlindungan dari Buddha, 

rasa-nya malu dan bersalah. 






Buddha Ci Kung : 

Murid Budiman punya hati ini, layak dipuji. 

Kamu merendahkan hati, 

merupakan perwujudan dalam membina, 

andaikan Guru tidak kasih tahu, 

dikhawatirkan kamu tidak tahu. 

Sebelum-nya kamu pernah dapat Titah 

untuk buat Buku [Keliling Surga] 

yang disebarluaskan ke Penjuru Dunia, 

sudah memberikan dampak yang besar, 

3 Alam merasa senang, 

sudah menyelamatkan Manusia dalam jumlah yang besar, 

Para Buddha di Nirwana juga bahagia. 

Karena itu baru bisa mendapat Naga emas Pelindung 

sebagai kendaraan dalam membuat Buku ini, 

karena Amal kamu mewakili TUHAN 

untuk membabarkan-nya. 






Thung Sheng : 

Ternyata demikian. 

Belakangan ini Vihara agak ramai, 

Orang yang datang minta Petunjuk makin banyak, 

setiap kali menyelamatkan Dunia, buat Buku, 

Vihara dipenuhi oleh Orang-orang ber-Kebajikan, 

bahkan sebagian tidak dapat tempat duduk, 

sungguh ber-Terimakasih 

dan tidak enak hati pada Orang-orang ber-Kebajikan itu. 






Buddha Ci Kung : 

Ibunda Suci sudah menyetujui 

membantu Pembangunan “Chien Cen Ta Tao Ling Siu Yuan”, 

dengan sendiri-nya akan berhasil pembangunan-nya. 

Boleh perintahkan Wang Sheng 

agar di Buletin bulanan Chiien Cen 

dimuat Petunjuk Suci dari TUHAN 

tentang Amal Kebajikan dalam Pembangunan Vihara 

di setiap terbitan-nya, 

agar lebih banyak Orang ber-Kebajikan 

ada kesempatan untuk memupuk Amal Kebajikan. 






Thung Sheng : 

Bisa, 

saya akan kasih tahu pada Saudara Wang. 

Aiih, Naga emas sudah berhenti di Angkasa 

di atas atap rumah Penduduk, 

apakah sudah sampai di tempat tujuan ? 





Buddha Ci Kung : 

Ya, boleh turun untuk melihat-nya, 


( saat itu Thung Sheng ikut Buddha Ci Kung 

masuk ke dalam rumah, 

terlihat seorang Dewasa kena stroke 

terbaring di tempat tidur. 

Buang air besar dan kecil perlu dipapah Anak-nya, 

badan-nya kurus kering, 

anggota badan-nya kaku, 

tidak bisa bicara, 

cuma bisa menggerakkan mata untuk kasih jawaban, 

sungguh kasihan sekali. 

Buddha Ci Kung memukulkan kipas di kepala-nya, 

Roh dia dikeluarkan. 

Agar tidak merepotkan Sanak Keluarga yang masih ada di Dunia, 

tempat kejadian dan nama Orang tidak akan dimuat, 

untuk hindari hal-hal yang tidak diinginkan ) 






Roh : 

Kalian siapa? 

Kenapa masuk ke rumah saya ? 





Buddha Ci Kung : 

Jangan takut, 

Saya adalah Buddha Ci Kung, 

yang di samping Saya adalah Thung Sheng, 

yang berasal dari “Nan Thien Ce Sia Chiien Cen Thang”, 

kami ber-dua bukan-nya tanpa sebab masuk ke rumah kamu, 

karena lagi membuat Buku [Keliling Kasus Sebab Akibat] 

untuk menyadarkan Umat Manusia, 

karena-nya ke sini 

untuk wawancara langsung pada yang bersangkutan. 

Jika kamu menceritakan segala kesalahan, 

pelanggaran yang telah kamu lakukan dengan jujur, 

dengan Amal kamu dalam buat Buku ini 

bisa hilangkan dosa karma kamu, 

kamu beruntung. 







Roh : 

Ternyata demikian. 

Aiih ! 

Kalau diceritakan sungguh memalukan, 

lebih baik tidak usah cerita. 






Thung Sheng : 

Saudara, Roh kamu sangat gagah, 

kenapa badan raga kamu kurus kering ? 

Orang Suci mengatakan 

[mana ada Manusia yang tidak buat salah, 

jika bersalah maka perbaiki-lah]. 

Meskipun kamu sudah melakukan kesalahan, 

tapi hanya bisa meminjam kasus kamu 

untuk sadarkan Umat Manusia di Dunia, 

Amal-nya besar, 

semoga kamu mau cerita, 

sehingga beri manfaat. 






Roh : 

Baik-lah ! 

Saya adalah sopir angkutan dalam transportasi barang, 

sehari-hari makan daging dan minum arak, 

bunuh Makhluk Hidup tak terhitung jumlah-nya. 

Kebetulan ketemu seorang Penjual susu sapi, 

suruh saya pantang membunuh, 

lepaskan Makhluk Hidup, 

menjelaskan manfaat ber-vegetarian. 

Saya tidak hiraukan dia, 

bahkan dengan lantang mengatakan 

[saya sudah makan daging sekian tahun lama-nya 

juga tidak apa-apa, 

badan tegap dan kuat, 

di Dunia ini mana-lah ada Malaikat dan Setan, 

jangan ngawur]. 


* * 



Dalam sehari-hari saya tidak jauh dari rokok, 

arak dan pinang, 

sehari isap 2-3 pak rokok merupakan hal biasa, 

sering minum arak sampai teller, 

makan daging dalam jumlah besar, 

menganggap ini-lah hidup Manusia. 

Bahkan sering kasih tahu Orang lain, 

Hukum Sebab Akibat itu tidak benar, 

tidak ada Hukum Karma, 

jangan mau ditipu oleh Malaikat. 

Ucapan saya kotor dan menjelekkan Buddha, 

mencemarkan nama Tao, 

juga sesumbar sama Orang-orang 

[lihat-lah, bukan-kah saya hidup dengan baik ?]. 

Siapa tahu keadaan baik tidak bertahan lama, 

suatu hari saat usia 40 tahun, 

tiba-tiba merasa kepala pusing, 

lalu tidak sadarkan diri. 


* * 



Saat sadar sudah terbaring di rumah sakit, 

mulut mencong, mata miring, 

seluruh badan tidak bisa digerakkan, 

saat itu memanggil Tuhan, 

Tuhan tidak menjawab, 

memanggil Malaikat, 

Malaikat tidak menyahut. 

Saya adalah Kepala Keluarga, 

Anggota Keluarga mengandalkan kerja saya 

dalam mengangkut barang untuk menopang hidup, 

sekarang saya sudah ambruk, 

bagaimana dengan Anak Istri saya ? 


* * 



Ke-dua Putra saya, 

yang satu kelas 3 SMP, 

satu-nya lagi kelas 1 SMP, 

tidak ada kemampuan untuk bekerja. 

Sejak saya jatuh sakit, 

seluruh beban Keluarga dipikul oleh Istri, 

karena sehari-hari saya hobi makan, judi 

sehingga tidak ada uang simpanan, 

sekarang menghadapi situasi demikian, 

sungguh bagaikan Manusia robot, 

hidup tidak lebih baik dari mati ! 

Karena sudah lama berbaring, 

badan sudah lumpuh tidak bisa digerakkan, 

makin hari makin kurus, 

sekarang jadi kurus kering, 

dalam hati sungguh menyesal. 







Thung Sheng : 

Guru ! 

Dia baru 40 tahun sudah menjadi Manusia lumpuh, 

bagaimana melewati sisa hidup-nya ? 

Mohon Guru menjelaskan sebab akibat-nya 

untuk menyadarkan Umat Manusia di Dunia. 






Buddha Ci Kung : 

Pada Kehidupan lampau beliau, 

dia adalah seorang Nelayan, 

sepanjang hidup-nya menangkap ikan dan bunuh ikan, 

memang dosa pembunuhan-nya sudah berat, 

untung-lah pada saat usia tua 

ada sumbang uang untuk bangun tempat Ibadah, 

baru bisa melunasi sebagian dosa karma-nya, 

tidak perlu masuk ke Jalur Binatang 

untuk Tumimbal Lahir. 


* * 



Pada Kehidupan sekarang 

meskipun ada Orang suruh dia untuk lepaskan Makhluk Hidup, 

pantang membunuh, 

tapi karena dosa-nya berat 

sehingga tidak bisa menjalankan-nya, 

sampai utang karma menagih secara bersama, 

dengan cara makan daging dalam jumlah besar 

merupakan penyebab utama terjadi-nya stroke. 

Juga dosa menjelekkan Buddha 

dan menfitnah Tao (Kebenaran), 

makin mempercepat datang-nya hukuman balasan, 

sehingga pada usia 40 tahun sudah kena stroke 

berbaring di tempat tidur, 

seluruh badan tidak bisa digerakkan, 

merupakan hukuman atas dosa-nya. 






Thung Sheng : 

Lantas bagaimana cara-nya untuk bertobat ? 





Buddha Ci Kung : 

Sudah terlambat. 

Buddha menasehati Manusia di Dunia 

harus lepaskan Makhluk Hidup, 

pantang membunuh dalam sehari-hari, 

rajin memupuk AMAL Kebajikan, 

jangan tunggu balasan hukuman-nya sudah sampai, 

menyesal sudah terlambat. 


* * 


Hari ini cukup sampai di sini, 

kembali ke Vihara. 


( saat ini Buddha Ci Kung mengucap mantra, 

mengembalikan Roh Orang itu, 

terlihat badan-nya yang lagi berbaring 

terus mengalirkan air mata, 

membuat Orang terasa pilu. 

Buddha Ci Kung dan Murid naik ke atas Naga emas, 

dan kembali ke Vihara ) 






Buddha Ci Kung : 

Vihara Chiien Cen sudah sampai, 

Roh Thung Sheng kembali ke badan-nya. 

Saya juga pulang.