Tanggal 29 – 10 – 2005
BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :
Saya keliling ke penjuru Dunia,
di mana-mana melihat hawa Dunia membumbung ke Langit,
hawa serakah dan kejahatan,
Malaikat Pengawas dan Malaikat Pagi dan Malam
sudah melaporkan keadaan ini
ke hadapan Yii Ti ( Penguasa Alam Hawa ),
kasus dosa sudah menumpuk tinggi bagaikan gunung.
* *
Yii Ti pada dasar-nya ingin lebih awal turunkan bencana,
untung-lah ada Para Buddha dan Bodhisattva yang memohon,
sehingga bisa dihentikan,
tapi Yii Ti memerintahkan masing-masing Malaikat
lebih cepat memberikan balasan sebab akibat,
pembalasan karma yang mesti-nya datang
pada Kehidupan yang akan datang
di-ubah menjadi pembalasan pada Kehidupan sekarang,
untuk mengungkapkan pembalasan karma baik dan buruk,
untuk memperingati Manusia
jangan lagi
melakukan perbuatan yang tidak baik dan yang jahat,
kalau tidak,
begitu balasan-nya sudah datang meng-hukum,
sulit untuk lepas dari derita.
Buddha Ci Kung :
Murid bodoh, mari pergi buat Buku.
( Saat itu Buddha mengucapkan kata suci,
roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )
Thung Sheng :
Cuaca mulai sejuk,
Murid juga merasa jauh lebih nyaman,
tiap kali cuaca panas dan lembab
membuat Murid sangat susah,
karena harus mengalirkan banyak keringat membasahi badan,
susah-nya tidak bisa diungkapkan.
Buddha Ci Kung :
Ha … ha … !
Murid Saya menjalankan tugas besar
dalam penyelamatan 3 Alam,
ada satu hawa Kebenaran di tubuh-nya,
sehingga sering merasa badan-nya
ada satu hawa hangat yang harmonis.
* *
Pada musim dingin meskipun sangat dingin,
suhu-nya -10 derajat di daerah gunung es,
kamu masih bisa memakai celana pendek,
baju lengan pendek,
karena dalam beberapa tahun ini giat dalam menjalankan Tao,
Tuhan memberikan hawa murni di badan-mu.
Thung Sheng :
Ternyata demikian, pantas,
meski cuaca se-dingin apa pun,
Murid juga tidak merasa dingin,
hanya merasa sangat nyaman di-tiup angin.
Buddha Ci Kung :
Ada satu bagian kesungguhan hati dalam menjalankan Tao,
maka akan mendapatkan hasil satu bagian juga,
bisa sambil mengobrol sambil jalan.
( Saat itu Buddha mengucapkan kata suci,
naga emas pelindung muncul seketika,
Guru dan Murid naik ke atas naga,
naga emas terbang dengan cepat,
menuju ke tempat tujuan hari ini )
Thung Sheng :
Hari ini keliling,
cuaca-nya sangat bagus,
seketika Murid merasa segar dan nyaman,
tidak tahu hari ini akan mengunjungi tempat apa ?
Buddha Ci Kung :
Bawa kamu mengunjungi satu [ Rumah Hantu ].
Thung Sheng :
[ Rumah Hantu ] ?
Ya … ampun ? !
Tidak ke tempat lain,
mau ke [ Rumah Hantu ] buat apa ?
Menurut saya, lebih baik kita main ke Disneyland saja.
Buddha Ci Kung :
Pikiran yang baik.
Kali ini mengunjungi [ Rumah Hantu ],
tujuan-nya membuat Manusia di Dunia
agar mengetahui ada-nya Malaikat dan Hantu,
jangan hanya percaya pada teknologi saja,
tidak percaya pada Malaikat dan Hantu,
ber-tindak se-enak hati sendiri,
kalau tidak begitu
perbuatan buruk-nya sudah banyak,
baru mengetahui ada-nya hukuman balasan sebab akibat,
waktu itu menyesal pun sudah terlambat.
Thung Sheng :
Murid ada satu pertanyaan yang ingin dilaporkan pada Guru,
tidak tahu boleh atau tidak ?
Buddha Ci Kung :
Boleh, kamu katakan.
Thung Sheng :
Murid melihat banyak Orang
meskipun sebagai Pembina Ajaran tertentu,
tapi selalu angkuh dalam menjalankan tugas.
Menilai pekerjaan mana yang lebih rendah,
menganggap pekerjaan di bidang tulis menulis lebih tinggi,
Amal-nya lebih besar,
mengira pekerjaan membuka pintu untuk Umat lebih rendah,
Amal-nya lebih kecil,
sehingga tidak bersedia melakukan-nya,
menganggap akan menurunkan citra diri-nya,
tidak ikhlas melakukan-nya,
mohon Guru ber-welas asih memberi petunjuk,
untuk membuka pandangan melenceng
dari Saudara-Saudari se-perguruan.
Buddha Ci Kung :
Ha … ha … !
Saya kira ada urusan apa,
ternyata Cuma masalah ini, baik-lah,
Saya jelaskan,
untuk menyelesaikan pandangan melenceng
dari Para Pembina.
* *
Manusia ingin meminjam keberadaan-nya di tempat Suci
untuk memupuk Amal Kebajikan,
untuk bisa menghilangkan dosa kesalahan-nya,
kelak bisa mencapai kesempurnaan,
bisa kembali ke Kerajaan Tuhan,
ini merupakan pandangan yang tegak
dan perbuatan yang benar.
* *
Tapi karena hati-nya belum [ paham ] makna Kebenaran,
sehingga hati-nya selalu terpaku
pada pandangan yang melenceng,
coba-lah renung-kan lautan luas
yang tidak perdulikan berbagai kotoran yang ada
di dalam aliran sungai
serta bisa ditampung-nya,
sehingga bisa terlihat kemuliaan-nya.
Karena kosong-kan diri-nya
baru bisa menampung berbagai hal,
sehingga bisa bertahan lama.
* *
Penderitaan hidup Manusia singkat saja,
pada Kehidupan sekarang
kalau tidak bisa
membenahi pikiran-nya kembali ke pikiran baik,
hanya berebut pekerjaan yang dianggap lebih tinggi,
pandangan hati sudah melenceng,
maka pembinaan-nya sulit bisa mencapai kesempurnaan.
* *
Tugas yang dikerjakan tidak dibedakan mulia dan hina,
asalkan itu pekerjaan di tempat Suci,
selayak-nya dikerjakan dengan giat,
jangan ada hati yang membeda-beda-kan,
dengan demikian
baru tidak sia-sia-kan harapan Para Suci.
* *
Umat Manusia ada rohani-nya,
mesti-nya meneladani semangat Buddha,
membina diri supaya bisa memulihkan sifat rohani,
jangan ada hati yang membeda-beda-kan,
kalau tidak,
akan ada kekurangan dalam pembinaan,
tidak akan mencapai sifat rohani secara total.
* *
Sekarang kamu mengutarakan-nya,
maka Guru meminjam kesempatan ini untuk menjelaskan-nya,
semoga Murid Pembina yang ada pandangan demikian
bisa dengan giat memperbaiki-nya,
baru bisa mencapai kesempurnaan hasil.
Thung Sheng :
Juga ada seorang Saudara
yang menjadi Penceramah di Kalangan Yi Kuan Tao,
pernah bertanya
dan di Vihara pernah ada masalah
sehingga membuat hati-nya risau,
bisa-kah mohon petunjuk pada Guru ?
Buddha Ci Kung :
Pertanyaan yang baik !
Apa yang kamu katakan tadi,
merupakan masalah yang dihadapi
oleh Kalangan Yi Kuan Tao
yang sekarang lagi berkembang pesat.
* *
Karena setelah Saya kembali ke sisi Tuhan,
selalu ada perselisihan,
tiada henti berebut kekuasaan
sebagai Guru ke-dua dan ke-tiga.
Sebagai seorang Pendahulu, Pandita,
karena menganggap posisi-nya tinggi,
sehingga sering menggunakan kekuasaan
atau nada memerintah memperlakukan Para Umat,
membuat Umat marah dalam hati,
tidak berani diungkapkan,
karena itu Tao ini tidak bisa dikembangkan dengan lancar.
* *
Juga ada sebutan “sengketa Nama”,
dengan demikian tidak ada yang menurut siapa pun,
masing-masing menjalankan sendiri,
membuat Guru di Nirwana merasa sedih.
* *
Sekarang meminjam pembuatan Buku ini,
memberitahukan pada Para Murid,
kalau ingin kembali ke Nirwana,
harus membina diri
sampai bisa menghilangkan segala keterikatan wujud duniawi,
jangan ada hati yang membedakan
[ saya mulia kamu hina ],
[ saya tinggi kamu rendah ],
sebagai seorang Pendahulu, Pandita,
hanya memikul tugas tanggung jawab
yang sedikit lebih banyak dalam menyelamatkan Umat Manusia,
bukan-nya posisi dia lebih tinggi dari Umat,
semesti-nya ber-welas asih,
bicara dengan suara lembut dan sopan,
bersama dengan Umat merundingkan masalah
bagaimana mengembangkan Tao
dan menggugah Umat Manusia.
* *
Mesti-nya ada kerjasama di antara 18 jalur benang emas,
jangan berjalan sendiri-sendiri,
karena kekuatan-nya gampang bubar,
perkembangan Tao akan terganggu,
Umat dan Pendahulu di bawah satu jalur yang sama
mesti-nya saling menghormati,
jangan meng-anggap diri lebih tinggi dari Umat,
tidak mau mendengar saran dari Umat di bawah-nya ( Hou Sie ),
meng-anggap diri-nya benar,
sehingga mencelakai diri-nya dan Orang lain,
bukan saja tidak menguntungkan
bagi perkembangan Kalangan Tao,
bahkan mengakibatkan kecurigaan satu sama lain,
sehingga mencelakai Tao
dan bertentangan dengan Kebenaran.
* *
Semoga Murid-Murid Saya
bisa mematuhi apa yang telah Saya sampaikan,
lepaskan segala “Harga diri”,
pertahankan semangat seperti pada saat chiutao,
dengan berani maju menjalankan hati ke-Tuhan-an,
dengan giat mengutamakan [ Tao = Kebenaran ]
dalam jalankan tugas,
bukan-nya mengutamakan pandangan [ diri ],
ini merupakan urusan besar penyelamatan umum,
kenapa risau tidak bisa mengembangkan-nya ?
( Pada saat Guru dan Murid lagi ber-bincang,
naga emas pelindung berhenti di angkasa
di atas salah satu [ Rumah Hantu ] di bagian Utara,
naga emas turun dengan pelan-pelan,
Guru dan Murid turun dari naga emas,
melangkah masuk ke dalam [ Rumah Hantu ],
karena Thung Sheng ketakutan,
terus menarik ujung baju Guru,
takut kehilangan jejak,
membuat Orang tersenyum )
Thung Sheng :
Minta Guru membawa Murid bermain ke Disneyland,
Anda tidak pergi,
malah membawa Orang jalan-jalan ke [ Rumah Hantu ],
sungguh membuat Orang merinding.
Buddha Ci Kung :
Kamu ini Murid bodoh,
ber-pikir yang tidak-tidak,
kita yang menjalankan tugas penyelamatan umum,
sudah tidak ke-buru dalam menyelamatkan Umat Manusia,
mana ada hati untuk pergi ber-main ?
Thung Sheng :
Patuh pada Guru,
Murid lagi keringatan,
berani-kan diri untuk ber-tanya,
sekarang kita mau ke lantai berapa
untuk mencari [ Saudara baik ] itu ?
Buddha Ci Kung :
Kamu ikut Guru ke lantai 2 akan tahu sendiri.
( Sekarang Guru dan Murid naik ke lantai 2,
sampai di ruang tengah,
ter-lihat seorang Anak muda dengan muka pucat pasi,
lidah men-julur panjang
ber-lalu lalang di dalam kamar,
mengeluh, tampang-nya sangat mengerikan,
Thung Sheng ketakutan hingga gemetaran )
Thung Sheng :
Ya … ampun !
Mohon tanya pada [ Saudara baik ] ini,
mengapa kamu gantung diri di sini ?
Mengapa Arwah kamu tidak melapor ke Neraka ?
Malah tinggal di sini menakuti Orang ?
Apakah bisa diceritakan ?
Arwah Anak Muda :
Saya ber-Marga Wu, bernama Gu Yin,
pada awal-nya
karena masalah kecil lalu ber-tengkar dengan Orangtua,
karena emosi se-saat,
yang pada awal-nya hanya pura-pura ingin menakuti Orangtua,
malah terjadi benar-an,
tidak hati-hati
hingga mati gantung diri di kamar.
* *
Setelah meninggal karena bunuh diri,
tidak bisa melapor ke Neraka,
hanya bisa menunggu di sini [ Pengganti-nya ],
setiap kali ada Orang yang tidak tahu membeli rumah ini,
saya akan muncul pada malam hari
untuk menakuti mereka,
karena itu tidak ada Orang yang berani tinggal,
tidak berani beli,
sekarang saya sendiri-an di sini,
tidak ada waktu untuk lepas dari penderitaan.
* *
Ini juga salah diri saya yang [ bandel ]
pada Kehidupan lampau,
suka men-gantung binatang dalam keadaan hidup,
melihat mereka menderita,
me-ronta, me-rintih sampai meninggal,
saya merasa senang dalam hati,
tertawa ter-bahak-bahak,
melakukan pembunuhan sadis,
karena itu pada Kehidupan kini
hanya ada masalah kecil sudah gantung diri,
sekarang memikirkan-nya
sungguh menyesali perbuatan dulu.
Buddha Ci Kung :
Manusia sering menggunakan kekuatan-nya menindas yang lemah,
menindas binatang kecil sebagai kesenangan-nya,
bahkan di-siksa sampai mati,
menciptakan dosa pembunuhan,
mengakibatkan Kehidupan kini harus gantung diri,
sebenar-nya diri sendiri yang mendatangkan-nya.
Kamu harus baik-baik ber-tobat di sini,
jangan menakuti Orang lagi,
jika kamu bisa melakukan-nya,
sampai waktu-nya sampai nanti,
Saya akan datang menyelamatkan kamu.
Arwah ber-Marga Wu :
Terimakasih pada Buddha Ci Kung yang welas asih.
Saya akan mengingat-nya dalam hati,
tidak berani melupakan-nya.
Buddha Ci Kung :
Sangat baik ! Sangat baik !
Hari ini waktu sudah malam,
mari pulang ke Kuil.
( Guru dan Murid ber-jalan keluar dari [ Rumah Hantu ],
naik naga emas pulang ke Kuil Chiien Cen
dengan kecepatan tinggi )
Buddha Ci Kung :
Kuil Chiien Cen sudah sampai,
roh Thung Sheng kembali ke tubuh,
sudah,
Saya pulang.