Tanggal 16 – 07 – 2005
BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :
Para Bhiksu yang meninggalkan Keluarga untuk membina,
ke atas memikul misi Buddha,
ke bawah untuk menggugah hati Umat Manusia,
hendak-nya ber-giat dengan baik dalam pembinaan,
menegakkan diri untuk menggugah Orang,
tapi sejumlah Orang yang tidak paham pembinaan hati,
mengacaukan Aturan Vihara,
melakukan perbuatan yang tidak ber-Kebajikan,
bukan hanya merusak Aturan Suci Vihara,
juga telah menanam karma buruk buat diri sendiri
sehingga mendapat balasan buruk dalam tumimbal lahir,
jika diri sendiri
masih tidak tahu ber-tobat dengan sungguh-sungguh,
masih terlena dan tidak sadar,
maka sulit keluar dari derita.
( Saat itu Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci,
roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )
Thung Sheng :
Murid ber-sujud pada Guru,
2 minggu sudah tidak ketemu,
rasa-nya rindu,
apakah Guru juga merasakan-nya ?
Buddha Ci Kung :
Ha … ha … !
Mana mungkin tidak merasakan-nya.
Guru dan Murid ada kontak batin,
begitu niat hati kamu timbul,
Guru langsung mengetahui-nya,
bagaimana bisa tidak merasakan-nya ?
* *
Karena Umat yang mau menyelamatkan Dunia cukup banyak,
memenuhi seluruh bangunan Kuil,
lagi pula sudah habiskan 4 jam,
Guru melihat kamu sudah lelah, tidak tega,
sehingga berhenti buat Buku sebanyak 2 kali,
agar kamu bisa istirahat dengan baik.
Kalau tidak
badan bisa rusak karena kecapean,
kelak bagaimana bisa mengembangkan dharma
untuk menyelamatkan Umat Manusia ?
Thung Sheng :
Terimakasih atas cinta kasih Guru,
meskipun tugas di Kuil sangat banyak,
Umat yang datang ber-partisipasi
dan yang mohon petunjuk banyak sekali,
tempat yang kecil ber-himpitan Orang,
tapi tidak perduli sesusah apa pun,
Murid akan selesai-kan tugas penyelamatan Dunia,
agar tidak menyia-nyia-kan Berkah yang diberikan Tuhan.
Buddha Ci Kung :
Ha … ha … ha … !
Tidak sia-sia menjadi Murid baik dari Guru.
Bagus !
Ini juga merupakan batu pijakan kamu
untuk mencapai kesempurnaan kelak,
ha … ha …
( Saat itu Buddha Ci Kung mengibaskan kipas-Nya,
naga emas segera muncul,
Guru dan Murid segera naik ke atas naga emas,
naga emas terbang dengan kecepatan tinggi
menuju ke tempat tujuan )
Thung Sheng :
Guru.
Jika Bhiksu melakukan pelecehan seksual pada Bhiksuni,
termasuk pelanggaran apa ?
Buddha Ci Kung :
Pertanyaan baik ! Pertanyaan baik !
Ini juga merupakan peringatan
yang ingin Guru berikan hari ini
kepada Para Pembina Ajaran Buddhisme,
semoga mereka yang beruntung membaca Buku ini,
bisa melakukan koreksi diri dan ber-tobat,
juga mencetak Buku ini untuk di-sebarluas-kan
untuk menasehati Umat Manusia di Dunia,
jika tidak,
Neraka tanpa dasar akan menunggu kamu.
Thung Sheng :
Neraka tanpa dasar ?
Mengapa di-hukum demikian berat-nya ?
Buddha Ci Kung :
Semasa Buddha Sakyamuni masih hidup di Dunia,
kelompok Pembina mengendalikan diri dengan disiplin keras,
antara Bhiksu dan Bhiksuni
tidak boleh melanggar batas-batas yang telah ditentukan,
karena masalah [seksual] Manusia.
* *
Sebagai Manusia ada 7 perasaan dan 6 niat,
terutama [seksual] tidak bisa ditiadakan.
Pada saat Manusia Awam ada kebutuhan seksual,
bisa melakukan hubungan Suami Istri,
tapi seorang Pembina jika sudah ada niat sex,
bagaimana menyalurkan-nya ?
Kecuali pembinaan yang sudah tinggi,
sebagian Pembina yang Kebajikan-nya belum baik,
ada yang melakukan gangguan atau pelecehan seksual,
demi memenuhi hasrat binatang yang mengebu-gebu.
Sebagian Bhiksuni
karena di-bawah ancaman atau merasa malu,
tidak berani ber-suara,
membiarkan para Bhiksu bejat masih tetap tidak berubah,
tidak ada yang ditakuti,
menganggap perbuatan-nya tidak diketahui
oleh Malaikat dan Setan.
Sebenarnya sudah salah !
* *
Yang Mulia Galanvudo ( Malaikat )
sudah melapor pada Sang Buddha,
hanya menunggu kejahatan-nya sudah penuh,
dengan sendiri-nya akan dapat balasan,
bahkan akan di-perberat balasan-nya.
Karena merusak kesucian Ajaran Buddhisme,
mempermalu citra Para Bhiksu,
dosa-nya dilipatgandakan.
Thung Sheng :
Seperti hari ini di surat kabar ada di-muat,
Penanggungjawab Vihara
melakukan pelecehan seksual pada 2 Orang Bhiksuni,
salah satu-nya
sudah dilecehkan secara seksual selama 3 tahun,
selain itu juga di-muat
3 Nama Bhiksu yang melakukan pelecehan seksual,
membuat kegemparan.
Ke-mana pergi-nya tekad hati
yang pada awal-nya membuat dia pergi dari Keluarga
untuk menjadi Bhiksu ?
Buddha Ci Kung :
Masih ada yang belum diungkapkan,
Para Bhiksu bejat itu,
telah diturunkan Perintah dari Buddha
untuk di-beri hukuman yang berat
setelah kejahatan-nya sudah penuh,
akan dimasukkan ke dalam Neraka tak ber-dasar,
juta-an tahun tidak bisa menjadi Manusia lagi,
sebagai hukuman berat.
Thung Sheng :
Semoga para Bosong yang ada melakukan pelanggaran ini,
baik-baik-lah melakukan koreksi diri
dan ber-tobat dengan sungguh-sungguh,
juga mencetak Buku [ KELILING KASUS SEBAB AKIBAT ]
agar disebarluaskan untuk menasehati Manusia,
mungkin masih ada satu kesempatan terselamatkan.
Buddha Ci Kung :
Benar ! Benar !
( Saat Guru dan Murid lagi ber-bincang,
naga emas berhenti di salah satu rumah Penduduk,
di depan rumah ada seorang Kakek
ber-baring di kursi malas lagi istirahat.
Kakek Tua ini mempunyai wajah welas asih,
sedang ber-istirahat,
Buddha Ci Kung dan Murid turun dari naga emas,
Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci,
mengeluarkan roh Kakek Tua )
Kakek Tua :
Aaiii … !
Bukan-kah saya sedang ber-baring di atas kursi malas
lagi istirahat ?
Mengapa badan demikian enteng
dan melayang-layang sampai ke sini ?
Wow … !
Apakah ini adalah Buddha Ci Kung yang terkenal itu ?
Saya punya mata tapi tidak melihat ( tidak tanggap ),
memberi salam hormat pada Buddha Ci Kung.
( Berikut-nya Kakek Tua itu ber-lutut dengan hormat,
mem-beri salam sujud pada Buddha Ci Kung )
Buddha Ci Kung :
Ha … ha … !
Jangan sungkan ! Jangan sungkan !
Hari ini kemari ingin wawancara kamu,
merupakan keberuntungan kamu,
bisa ceritakan Perbuatan Baik kamu
untuk memberi dorongan semangat pada Manusia di Dunia.
Kakek Tua :
Saya tidak punya Kebajikan,
bagaimana menasehati Manusia,
memalukan ! Memalukan !
Thung Sheng :
Bodhisattva tua terlalu sungkan.
Kalau kamu tidak ada Kebajikan,
bagaimana mungkin Buddha Ci Kung mencari kamu ?
Lagi pula saya melihat di atas kepala kamu
ada sinar putih cemerlang,
juga melihat pancaran sinar mata-mu
penuh dengan welas asih,
lebih menyakinkan Kakek tua mempunyai Kebajikan
dan bisa ber-bagi dengan Manusia di Dunia
untuk menggugah Manusia,
merupakan Amal Kebajikan yang besar.
Kakek Tua :
Memalukan ! Memalukan !
Sungguh tidak ada yang perlu diceritakan.
Buddha Ci Kung :
Ha … ha … !
Kakek tua ini terlalu merendahkan hati,
karena masalah waktu
dan juga khawatir “Medium” kecapean,
biar Guru yang ber-cerita saja-lah.
Bodhisattva tua ini
asal-nya adalah Putra Tuan Tanah di Daerah Nan Thou,
semasa kecil Papa-nya sudah meninggal,
mewariskan harta kekayaan yang banyak sekali,
Ibu-nya sebagai seorang Perempuan
yang mendadak harus mengurus kekayaan
yang demikian banyak-nya,
karena risau tidak tahu bagaimana mengurus-nya,
tidak lama kemudian juga jatuh sakit dan meninggal.
* *
Kasihan sekali,
semasa masih kecil ke-dua Orangtua-nya sudah meninggal,
jadi-lah dia seorang Anak yang kaya raya,
seorang Anak kecil dalam waktu singkat
harus menghadapi situasi kehilangan ke-dua Orangtua-nya,
juga harus mengurus Adik-adik-nya yang masih kecil,
boleh dikatakan sangat-lah sulit.
* *
Demikian-lah pelan-pelan dia tumbuh dewasa,
setelah menikah dan punya Anak,
masih terus memperhatikan Adik-adik-nya,
juga membagikan harta kekayaan kepada Adik-adik-nya,
membantu mereka bisa ber-Keluarga dan mandiri,
pada saat Adik-adik-nya ada masalah
maka dia akan membantu menyelesaikan-nya.
* *
Dia mempunyai seorang Adik Laki-laki
semasa muda tidak tahu belajar untuk maju,
ke klub malam memboroskan uang,
bukan hanya menghabiskan harta benda yang telah dibagikan,
masih jatuh sakit
dan harus ber-baring di tempat tidur.
* *
Karena Adik-nya belum ber-Keluarga,
Bodhisattva tua ini mengingat akan hubungan Saudara,
seringkali tanpa diketahui oleh Anak Istri-nya ,
dia mempunyai uang simpanan
hasil ber-hemat dalam makan dan kebutuhan,
yang kemudian secara sembunyi-sembunyi
di-gunakan untuk bantu Adik-nya.
* *
Sepatu-nya sudah rusak,
masih tidak mau beli yang baru,
sepanjang hidup menghabiskan tabungan-nya demi Adik-adik-nya,
Anak Istri sering hidup dalam kondisi yang susah,
meskipun Istri-nya sering memarahi
dan mengatakan dia bodoh,
tapi dia masih tetap saja.
* *
Demikian-lah dalam satu Kehidupan
menjalankan [ Asas Persaudaraan ],
telah memupuk Amal Kebajikan,
juga merupakan satu Bodhisattva yang bisa kembali ke Surga.
Kakek Tua :
Hu … hu … hu …
Thung Sheng :
Kakek Tua jangan menangis,
perbuatan kamu yang baik menggugah saya,
di-yakini Kebaikan kamu bisa menggugah Manusia di Dunia
untuk berbuat Kebaikan,
dengan giat menjalankan Kebenaran,
menjalankan Asas Kemanusiaan
untuk mencapai Tingkat Buddha,
terlepas dari derita 6 Jalur Tumimbal Lahir.
Kakek Tua :
Sungguh tidak berani menerima-nya.
Buddha Ci Kung :
Perbuatan Baik Boddhisattva tua hari ini,
semoga banyak di-teladani Manusia di Dunia.
Asas Persaudaraan
merupakan salah satu Asas dalam 8 Kebajikan,
bisa bisa dijalankan dengan baik
pasti akan mencapai Tingkat Malaikat,
terlepas dari 6 Jalur Tumimbal Lahir,
membina Kebenaran pada dasar-nya demikian sederhana.
Baik-lah, waktu sudah malam,
mari pulang ke Kuil.
( Saat itu Thung Sheng dan Kakek Tua saling tertawa,
Buddha Ci Kung mengucapkan kata suci
mengembalikan roh Kakek Tua ke badan-nya,
Guru dan Murid naik ke naga emas,
naga emas terbang dengan cepat di angkasa
menuju Kuil Chiien Cen )
Buddha Ci Kung :
Sudah sampai di Kuil Chiien Cen,
roh Thung Sheng kembali ke badan,
sudah,
Saya pulang.