Tanggal 28 – 05 – 2005
BUDDHA CI KUNG MENURUNKAN PETUNJUK SUCI :
Manusia di Dunia mengutamakan uang mematikan hati-nya,
demi uang dan harta,
segala perbuatan sadis bisa dilakukan,
bahkan mencelakai nyawa Orang,
menciptakan dosa yang sangat besar,
setelah meninggal,
masuk ke jalur binatang,
mohon untuk keluar dari derita belum kesampaian terus,
sayang sekali.
* *
Seperti kasus belakangan ini
Perusahaan minuman kesehatan merk tertentu
membuat keracunan ribuan Orang,
Nama Perusahaan rusak
dan kerugian materi sampai ratusan juta dolar,
sedangkan Orang yang memasukkan racun hanya di-tahan,
di-denda 330.000 dolar,
mengakibatkan satu Orang meninggal dan 3 Orang cedera,
sehingga dikatakan hati nurani yang sudah rusak.
* *
Berikut-nya juga ada yang meniru
cara menyandera para Pengusaha yang baik,
di sini Saya menasehati Manusia di Dunia,
jangan menakuti dan menyandera
demi mendapatkan uang dengan gampang,
karena harta itu
merupakan harta yang didapatkan dengan cara haram,
dikhawatirkan kamu bisa mendapatkan-nya
tapi tidak bisa menikmati-nya,
malahan menciptakan dosa dan hutang karma,
sulit lepas dari derita.
Buddha Ci Kung :
Murid, mari keliling buat Buku.
( Saat itu Buddha mengucapkan kata suci,
roh Thung Sheng seketika dikeluarkan )
Thung Sheng :
Di sini Murid memberi salam hormat pada Guru.
Mohon tanya hari ini Guru akan keliling ke mana ?
Buddha Ci Kung :
Hari ini kita ber-dua tidak naik naga,
malahan mau tunggang kuda.
Thung Sheng :
Menunggang kuda ? Kenapa ?
Buddha Ci Kung :
Karena hari ini akan ke Kuil Kuan Ti yang ada di Sin Cu
untuk mengunjungi Malaikat pengganti
yang mewakili Kuan Ti Sheng Ciun.
Thung Sheng :
Kuda-nya dari mana ?
Buddha Ci Kung :
Lihat Guru punya cara.
( Saat itu Buddha mengucapkan kata suci,
naga emas pelindung muncul di angkasa,
Buddha berkata pada naga emas,
berubah jadi kuda,
seketika naga emas berubah menjadi kuda putih yang gagah,
penuh semangat,
sungguh seekor kuda yang bagus.
Buddha Ci Kung dan Thung Sheng
sama-sama naik ke atas punggung kuda,
dengan enteng-nya menunggang-nya menuju Kuil Kuan Ti )
Thung Sheng :
Guru.
Murid belum pernah naik kuda,
rasa-nya hati belum mantap,
khawatir terjatuh, bagaimana ?
Di jalan banyak kendaraan yang lalu lalang,
kalau di-lindas kendaraan bagaimana ?
Buddha Ci Kung :
Murid bodoh,
kendaraan yang berwujud itu tidak bisa menabrak kita,
kamu tidak perlu khawatir,
Guru akan lindungi kamu,
jangan khawatir akan terjatuh,
tenang saja.
Thung Sheng :
Guru.
Belakangan ini ribuan Orang keracunan
membuat keresahan Masyarakat,
membuat Orang merasa takut dan was-was.
Mohon tanya pada Guru,
kasus kali ini apakah ada kaitan sebab akibat ?
Buddha Ci Kung :
Kesampingkan dulu masalah sebab akibat,
bisa memaafkan Orang merupakan Amal Kebajikan juga,
jangan-lah kebencian dibalas kebencian,
baru-lah bisa menyelesaikan kebencian.
* *
Wang OO demi meminta uang tebusan,
meracuni minuman [Man Niu] dan [Po Li Ta B],
sungguh merupakan tindakan bodoh dan yang mengerikan,
lebih lagi mengakibatkan seorang meninggal dan 3 terluka,
terutama korban meninggal
yang bernama Cou OO mati dengan penasaran,
yang terluka juga tidak bersalah,
meskipun Wang OO sudah mengatakan maaf 16 kali,
juga sulit mendapat pengampunan maaf dari Keluarga korban.
* *
Karena demi kepentingan diri-nya,
dia dengan sadis-nya memasukkan racun ke dalam minuman,
sudah mematikan sifat Manusia,
menciptkan kesedihan Ibu dan Keluarga korban,
juga menghancurkan masa depan diri sendiri,
sangat disayangkan.
* *
Sekarang selain mendapat hukuman di Dunia,
hukuman di Neraka nanti
lebih-lebih tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,
pada Kehidupan yang akan datang
masih perlu melunasi hutang karma
yang telah diciptakan-nya kepada korban,
kebencian dari para korban.
Setelah karma-nya selesai di-lunasi,
masih harus terlahir sebagai binatang,
jadi sapi dan kuda,
sebagai hukuman atas dosa-dosa-nya.
Thung Sheng :
Mendengar penjelasan Guru,
rasa-nya merinding juga,
sebelum Manusia melakukan dosa kesalahan,
mengapa tidak pikir-kan
balasan karma-nya yang sangat menakutkan ?
Tunggu sudah dapat hukuman
baru menyesal sudah terlambat.
( Saat Guru dan Murid lagi bicara,
kuda putih sudah sampai di Kuil Kuan Ti,
Malaikat Penanggungjawab di Kuil itu
sudah memimpin sejumlah Malaikat lain-nya
di halaman depan Kuil
untuk menyambut kedatangan Buddha Ci Kung dengan ber-sujud )
Buddha Ci Kung :
Jangan sungkan ! Jangan sungkan !
Silahkan ber-diri ! Silahkan ber-diri !
Hari ini kedatangan Saya mengganggu Kuil ini,
mohon dimaafkan.
Malaikat Penanggungjawab :
Mari saya antar Buddha Ci Kung dan Murid-Nya
ke dalam Kuil untuk di-jamu.
( Saat itu Guru dan Murid masuk ke dalam Kuil,
duduk di kursi tamu,
Malaikat Penanggungjawab memerintahkan Malaikat lain
menyuguhkan minuman wangi kualitas terbaik
untuk dipersembahkan pada Buddha Ci Kung )
Thung Sheng :
Di sini saya memberi salam hormat pada Kuan Sheng Ti Ciun.
Teringat pada Tahun 1969
saya pindah dari Kota Thai Cung ke Kota Sin Cu,
setelah itu saya sering sembahyang ke Kuil Kuan Ti,
sering meneladani
semangat [Kesetiaan] dan [Kebenaran],
sekarang ada kesempatan ketemu langsung dengan yang Suci,
hati saya sangat gembira.
* *
Tapi Yang Mulia,
wajah-nya terlihat putih bersih bagaikan seorang Terpelajar,
pegang kipas bulu,
pakai topi zaman dulu,
sangat santai leluasa,
mohon tanya pada Yang Mulia,
apakah bisa menyampaikan sebab akibat Anda
hingga bisa mendapat kedudukan sekarang ?
Untuk menyelamat Orang di Dunia
agar bisa meneladani perbuatan-Mu,
semua Orang bisa kembali ke jalan Kebenaran,
Amal Kebajikan yang besar sekali.
Malaikat Penanggungjawab :
Pujian Thung Sheng,
saya sungguh tidak berani menerima-nya,
saya ber-marga Pai bernama Siu Yun,
adalah Orang Shan Si,
dari kecil
sudah membaca Kitab Suci Nabi Khong Hu Cu dan Nabi Meng Ce,
baru tahu yang di-maksud
dengan 3 Landasan, 5 Asas, 4 Aturan, 8 Kebajikan,
apalagi seumur hidup
meneladani semangat [Kesetiaan dan Kebenaran]
Buddha Kuan Kung.
* *
Karena di Desa ada 3 ber-Saudara
yang bersikap semena-mena,
sering menindas Penduduk Desa,
Penduduk hanya bisa marah
tapi tidak berani mengungkapkan-nya,
saya sering membabarkan
[Kebenaran dan Kesetiaan] Buddha Kuan Kung
kepada Penduduk Desa,
mengharapkan bisa membimbing hati Manusia
kembali ke Kebenaran.
* *
Pada akhir Dinasti Ching,
Pejabat Pemerintahan sangat bobrok,
jika 3 ber-Saudara menyogok Pejabat,
maka yang punya uang akan dibebaskan,
yang tidak punya uang akan di-hukum mati.
* *
Saya hanya-lah seorang Terpelajar yang lemah,
hanya bisa membabarkan Kebenaran,
tidak bisa melawan mereka,
sehingga berguru untuk belajar ilmu bela diri,
sampai kemampuan-nya bagus.
Setelah berhasil menguasai ilmu-nya,
memantapkan hati untuk membela Rakyat kecil,
pergi mencari 3 ber-Saudara Cang,
terlebih menggunakan kata-kata yang baik untuk menasehati,
mengharapkan-nya sadar,
siapa sangka
mereka 3 ber-Saudara tidak mau mendengar Nasehat,
memakai pisau mengepung dan menyerang saya.
Saya sendirian harus melawan 3 Orang,
meskipun akhir-nya berhasil membunuh ke-tiga-nya,
saya juga terluka pada saat pertempuran.
* *
Karena luka-nya parah akhir-nya meninggal dunia,
Penduduk Desa ber-terimakasih pada saya
yang telah menghilangkan pengacau,
membangun patung untuk mengenang saya.
Waktu saya meninggal,
Hakim Neraka berdiri menyambut kedatangan saya,
juga di-kasih tempat duduk,
Hakim Neraka menilai saya meninggal
karena membela Penduduk dalam menghalau pengacau,
juga sering membabarkan
semangat [Kebenaran dan Kesetiaan] Buddha Kuan Kung,
terlebih dulu membina memupuk Kebajikan,
tunggu 30 tahun kemudian
setelah sinar rohani saya sudah ber-sinar terang,
di-beri tugas di Kuil Buddha Kuan Kung
sebagai Malaikat Penanggungjawab,
sudah berlangsung 81 tahun lama-nya.
Saya sering memperhatikan dan melindungi Penduduk di Sin Cu,
beruntung Penduduk di Sin Cu termasuk tulus,
sehingga Kuil Kuan Ti di Sin Cu sangat ramai.
Buddha Ci Kung :
Ha … ha … !
[ Buat baik dapat balasan baik,
buat jahat dapat balasan jahat,
bukan-nya tanpa balasan,
waktu-nya yang belum sampai ].
Malaikat Penanggungjawab semasa hidup
sering meneladani semangat Buddha Kuan Kung,
juga diterapkan dalam Kehidupan nyata,
lagi pula mempunyai Amal di Desa
demi Penduduk menghalau pengacau,
sehingga menjadi Malaikat Penanggungjawab
di Kuil Buddha Kuan Kung,
sungguh mempunyai nama harum.
* *
Semoga Manusia di Dunia
bisa meneladani tindakan Kebenaran
dari Malaikat Penanggungjawab,
banyak buat Amal,
membina diri,
sudah tidak salah lagi.
Baik-lah, kini sudah malam,
kita Guru dan Murid pamitan dulu.
( Saat itu Buddha Ci Kung dan Thung Sheng naik ke kuda,
kuda terbang dengan cepat,
menembus angkasa menuju kuil Chiien Cen )
Buddha Ci Kung :
Sudah sampai di Kuil Chiien Cen,
roh Thung Sheng kembali ke badan,
baik-lah,
Saya pulang.